Jumat, 25 Februari 2011

Ejakulasi Terputus Ternyata Tidak Efektif

Banyak pasangan yang ingin ber-KB atau mencegah kehamilan, namun enggan memakai alat kontrasepsi. Namun mereka juga enggan menerapkan KB kalender. Pilihan yang dijatuhkan akhirnya adalah metode coitus interruptus (mencabut penis sebelum ejakulasi). Pertimbangannya, suami-istri bisa melakukan hubungan intim kapan saja (bagaimana pun juga, orang tidak bisa menentukan kapan ingin atau kapan enggak mood berhubungan kan?), namun tidak berpotensi menimbulkan kehamilan.

Namun metode ini ternyata tidak pernah disarankan oleh para dokter. Bagi pria, metode ini membutuhkan kewaspadaan akan datangnya orgasme, dan kemampuan mencabut penis tepat waktunya. Masalahnya, cairan praejakulasi, atau pre-cum, ternyata sudah mengandung sejumlah kecil sperma yang cukup mampu untuk berenang menuju rahim.

Karena itu teknik CI tidak dipertimbangkan sebagai metode kontrasepsi oleh para praktisi. Meskipun begitu, menerapkan teknik ini masih lebih baik daripada tidak menggunakan alat kontrasepsi sama sekali. Bagi para wanita, coitus interruptus akan menjadi perlindungan terakhir saat lupa mengonsumsi pil KB, atau kondom sudah tidak tersedia saat melakukan hubungan. Banyak juga wanita yang menjadikan teknik "cabut" ini sebagai back up dari metode lain. Diperkirakan, setidaknya sepertiga (dari populasi wanita yang aktif melakukan hubungan seksual) menggunakan teknik ini untuk ber-KB.

Para peneliti sendiri kesulitan mengestimasi berapa banyak pasangan yang menerapkan metode ini, karena jika tidak ditanya langsung, wanita tidak akan melaporkannya. Hal ini akan menyebabkan sulitnya menilai efektivitasnya. Meskipun demikian, para peneliti seharusnya mulai mempertimbangkan teknik ini sebagai pilihan metode KB seterusnya. Mengapa?

Pada dasarnya teknik ini cukup efektif. Jika dibandingkan dengan penggunaan kondom, keduanya sangat efektif bila diterapkan dengan sempurna (sekitar 4% dibanding 2%), meskipun kurang nyaman dipraktekkan (sekitar 18% banding 17%). Sekarang, tinggal Anda yang harus menentukan pilihan. Jangan lupa, kondom tak hanya akan melindungi Anda dari kehamilan, tetapi juga penyakit menular seksual.
Sumber : Shine
READ MORE - Ejakulasi Terputus Ternyata Tidak Efektif

Pilih Kondom, Pil atau Cabut Aja ?

Merencanakan kelahiran secara signifikan menurunkan kesempatan hamil. Penggunaan kontrasepsi menjadi caranya. Namun prinsipnya, merencanakan kehamilan dan kelahiran adalah bagian penting untuk menciptakan keluarga berencana.

Kontrasepsi dipilih banyak pasangan untuk ber-KB karena sejumlah alasan. Misalnya, pasangan tak ingin memiliki anak atau ingin menunda menjadi orangtua sampai usia lebih tua. Selain faktor kematangan usia, kematangan ekonomi keluarga juga menjadi alasan mengapa banyak pasangan menunda kehamilan. Selain itu, kontrasepsi juga dipilih sebagai alat untuk membantu merenggangkan waktu kelahiran anak. Di samping itu, ada faktor lain, yakni merasa bahwa keluarga sudah lengkap sehingga kontrasepsi bisa menjaga kemungkinan hamil kembali.

Apa pun alasan dan pertimbangan Anda, untuk memilih kontrasepsi sebaiknya kenali apa saja metode yang tersedia saat ini. Metode kontrasepsi terbagi tiga kategori, hormon, barrier, dan alternatif.

Hormon
Metode kontrasepsi yang termasuk dalam kategori ini di antaranya pil kombinasi, pil yang hanya mengandung progestin (minipil), sisten intraurin (IUS), implan atau yang populer disebut susuk, injeksi, kontrasepsi patch, cincin vagina, atau dalam kasus darurat dikenal juga pil emergensi.

Metode hormon lebih bisa diandalkan untuk mencegah kehamilan daripada metode barrier, apalagi metode alternatif.

"Barrier"
Kontrasepsi metode barrier di antaranya alat intrauterin (IUD, coil), kondom pria, kondom wanita, diafragma plus spermisida, dan tutup serviks plus spermisida.

Metode barrier dirancang untuk menghentikan sperma agar tidak memasuki rahim. Metode inilah yang memberikan pilihan kepada perempuan yang tidak menginginkan kontrasepsi hormon. Mengenai efektivitasnya, khususnya untuk kondom, hal ini sangat bergantung dengan penggunanya. Kondom menjadi efektif jika pasangan bisa mengatasi faktor seperti spontanitas, sensasi, dan kesenangan. Jika saat libido memuncak lalu suami lupa mengenakan kondom, maka efektivitas kontrasepsi kondom berkurang.

Yang Anda perlu ketahui lagi tentang metode barrier adalah:
* Memberikan perlindungan terhadap kehamilan yang tak direncanakan tanpa bergantung siklus kesuburan dan hormon alami. Dampaknya tidak terjadi efek farmakologis.
* Metode IUD merupakan metode jangka panjang yang tidak berkaitan dengan spontanitas dan tidak perlu dilakukan setiap hari.
* Beberapa metode memerlukan latihan agar dapat digunakan secara efektif.

Alternatif
Sterilisasi pria dan wanita, pencabutan (hubungan seksual yang diputus atau coitus interruptus), dan keluarga berencana alami (kesadaran kesuburan) dengan sistem kalender salah satunya.

Metode alternatif yang alami memang murah, tetapi perlu motivasi diri. Dalam pencabutan misalnya, pria harus mencabut penis dari vagina sebelum ejakulasi agar sperma tidak masuk ke vagina. Metode ini memerlukan kontrol tingkat tinggi dari pihak pria. Jika Anda memang ingin menunda atau mengatur jarak kehamilan, maka metode ini riskan karena sering kali gagal. Tetesan kecil sperma dapat lolos dari penis ke dalam vagina sebelum pria mengalami ejakulasi. Efektivitas teknik ini bergantung pada pengalaman pihak pria.

Adapun metode alami dilakukan dengan menghindari hubungan seksual saat masa subur perempuan. Artinya, Anda perlu menggunakan teknik pencatatan harian suhu tubuh perempuan dengan menggunakan termometer kesuburan. Cara ini akan lebih efektif dengan mengombinasikan teknik yang direkomendasikan. Karenanya, untuk menjalani metode ini, Anda perlu membekali diri dengan pengetahuan dan pemahaman yang utuh tentang monitor kesuburan. Penghalang keberhasilan teknik alami ini di antaranya irama siklus menstruasi yang kerap kali tidak konsisten.

Sementara itu, sterilisasi adalah pilihan kontrasepsi yang hanya direkomendasikan kepada pasangan yang memutuskan tidak memiliki anak lagi secara permanen. Metode ini tidak direkomendasikan bagi pasangan muda.

Sumber: Fact Sheet World Contraception Day Bayer 2010 Schering Pharma Indonesia
READ MORE - Pilih Kondom, Pil atau Cabut Aja ?

AWas Bila Ukuran Kondom Tidak Pas

Lebih baik waspada daripada lengah. Memakai kondom ketika berhubungan seksual yang berisiko dapat memberi rasa aman dan bisa sepenuhnya menikmati tanpa perlu khawatir tertular infeksi menular seksual. Bahkan, sebagian orang mengaku memakai kondom dapat membuat penis tegang lebih lama.

Mengenai kekhawatiran ukuran kondom yang tidak pas, sebenarnya hal tersebut tidak banyak berpengaruh. Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang signifikan pada ukuran dan panjang kondom sehingga kondom bisa dipakai pada semua ukuran penis.

Meski demikian, tentu akan lebih baik jika kondom yang dipakai terasa nyaman, tidak menimbulkan iritasi, dan tidak mudah copot. Karena itu, disarankan untuk mencoba beberapa merek kondom untuk mengetahui jenis yang pas. Anda bisa mencobanya ketika sedang masturbasi.

Bagaimana dengan kondom yang mudah robek? Sebenarnya hal tersebut lebih disebabkan kesalahan pemakai, misalnya menggunakan pelicin minyak, membuka kemasan dengan kuku atau benda tajam lain, membuka gulungan kondom sebelum dipakai, disimpan di tempat yang panas atau di kantong celana jeans yang ketat, atau memang kondomnya sudah kedaluwarsa.

Sumber : askmen
READ MORE - AWas Bila Ukuran Kondom Tidak Pas

Keunggulan Kondom

Tingkat penggunaan kondom masih rendah. Padahal sebagai alat kontrasepsi kondom memiliki tiga keunggulan dengan tingkat efektivitas tinggi.

Selain pencegahan infeksi menular seksual (IMS), kondom juga bisa dipakai sebagai alat kontrasepsi pencegah kehamilan serta meningkatkan efektivitas metode kontrasepsi lainnya. Seperti diketahui, semua metode KB, bahkan sterilisasi, memiliki tingkat kegagalan. Karena itu dengan memakai kondom efektivitasnya bisa mendekati 100 persen.

"Kami sangat merekomendasikan pemakaian dua metode kontrasepsi untuk memberi perlindungan lebih efektif. Untuk kaum wanita kondom akan memaksimalkan pencegahan kehamilan sekaligus melindungi infeksi penyakit menular seksual," kata Anne Foster-Rosales, dari Planned Parenthood Golden Gate, AS.

Kebanyakan orang yang terinfeksi IMS tidak menyadari dirinya sudah terinfeksi. Karena itu penggunaan kondom saat ini lebih dimaksudkan untuk mengurangi risiko IMS termasuk HIV/AIDS.
Sumber : Prevention
READ MORE - Keunggulan Kondom

Bayi Pintar

Sebuah penelitian menunjukkan, seorang balita mulai belajar berhitung pada usia yang lebih dini dari yang pernah diperkirakan. Tim yang melakukan penelitian itu menemukan, para balita mulai mengenali ilmu hitung pada usia 18 bulan.

Tim peneliti tersebut menyandarkan kesimpulannya dari hasil pengamatan mereka terhadap 36 balita. Para balita itu diperlihatkan video yang menggambarkan enam ekor ikan. Satu versi menunjukkan video dengan tangan yang menunjuk pada setiap ikan dengan disertai hitungan verbal satu sampai enam. Sedangkan versi lain juga disertai hitungan verbal sampai enam namun dengan tangan yang hanya menunjuk pada dua ekor ikan terus-menerus.

Hasilnya, para balita itu lebih memerhatikan video yang menunjukkan urutan berhitung yang benar.

"Ini menunjukkan bahwa manusia belajar berhitung pada usia yang lebih dini berdasarkan paparan rutinitas berhitung dalam budayanya," simpul profesor Virginia Slaughter dan koleganya dari University of Queensland.

Menurut profesor Slaughter, hasil penelitian itu membuktikan balita mulai menyerap prinsip abstrak berhitung dengan mengamati proses berhitung yang benar sebelum bisa berhitung sendiri.

Ia juga menambahkan, anak-anak mulai bisa berhitung setelah usia dua tahun. Namun sebelum itu, balita melihat banyak contoh berhitung yang diperagakan orang tua, saudara-saudaranya yang lebih tua atau yang ditampilkan di televisi.(Telegraph/Agung Dwi Cahyadi)

Sumber : National Geographic Indonesia
READ MORE - Bayi Pintar

Cegah Kanker Serviks

SELAIN pap smear, langkah mencegah munculnya kanker serviks pada para wanita adalah dengan vaksinasi. Kini upaya untuk memerangi permasalahan kanker serviks semakin terbantu dengan hadirnya vaksin Human Papiloma Virus (HPV) yang dikenalkan ke tengah masyarakat.
Vaksinasi HPV sebaiknya dilakukan sejak usia 9-26 tahun baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Karena laki-laki juga cenderung dapat menularkan kanker serviks.

“Sayangnya untuk melakukan vaksin HPV harga yang harus dibayar setiap kali melakukan vaksin sangat mahal sekitar Rp1,3 juta. Tapi harga ini tidak sebanding dengan menderita kanker serviks” ujar dr. Rachmawati di sela-sela Ceramah Ilmiah untuk Masyarakat Awam Deteksi Dini Kanker Leher Rahim di RS Kanker Dharmais Jakarta, Selasa (8/4).

Penyuntikkan Vaksin HPV dilakukan sebanyak 3 kali pada bulan ke 0, ke 2 dan ke 6. Cara kerja dari vaksin ini dengan merangsang antibodi respon kekebalan tubuh terhadap HPV dimana antibodi ditangkap untuk membunuh HPV sehingga virus HPV tidak dapat masuk ke leher rahim (serviks).

Kanker Serviks cenderung muncul pada wanita usia 35-55 tahun (pada saat usia produktif). Namun dapat pula muncul pada perempuan berusia lebih muda. Penyebab dari kanker ini adalah Human Papilloma Virus yaitu sejenis virus yang menyerang manusia dan berpotensi menyebabkan terjadinya komplikasi dan kemandulan.

Perjalanan penyakit ini sangat panjang dengan gejala antara lain terjadinya pendarahan setelah melakukan hubungan intim, pendarahan abnormal (diluar waktu haid), pendarahan sesudah menopause dan kelainan pada vagina (keluarnya cairan kekuniangan, berbau). serta gejala lainnya, yaitu sering terjadi yaitu sakit / nyeri pada pinggul dan kaki.

Beberapa faktor yang dapat mempermudah terinveksi virus HPV yaitu menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 18 tahun), berganti-ganti pasangan seks (pasangan wanita tersebut maupun pasangan suaminya), wanita melahirkan banyak anak, sering menderita infeksi di daerah rahim, dan wanita perokok yang mempunyai resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
READ MORE - Cegah Kanker Serviks

Seks Oral Penyebab Penyakit

Melonjaknya kasus kanker oropharyngeal dalam dua dekade terakhir ini ternyata dipengaruhi oleh perubahan perilaku seksual masyarakat di sana, khususnya perilaku seks oral.

Komentar tersebut muncul dalam konferensi yang diadakan oleh American Association for Cancer Research yang membahas tentang penularan virus human papilloma virus (HPV) dalam kasus kanker leher dan kepala. Infeksi virus tersebut menyebabkan jumlah kejadian kanker oropharyngeal, yang meliputi tumor di tenggorokan, tonsil, dan permukaan lidah, naik drastis.

Padahal, studi mengenai tumor jaringan oropharyngeal pada 20 tahun lalu hanya menunjukkan infeksi HPV sebesar 20 persen. "Ini adalah tren yang nyata karena itu fakta bahwa angka kejadian kanker orophrayngeal meningkat seharusnya menjadi concern," kata Scott Lippman, MD dari University of Texas MD Anderson Cancer Center.

Bila dulu merokok dan alkohol dituding sebagai biang utama penyebab kanker mulut, kini penyebab terbanyak beralih pada infeksi HPV. American Cancer Society menyatakan bahwa berdasarkan diagnosis, lebih dari separuh kasus kanker oropharyngeal disebabkan virus HPV.

"Perubahan perilaku seksual dalam 20 tahun terakhir, khususnya oral seks, ikut meningkatkan kejadian kanker," kata Chief Medical Officer ACS Otis Brawley. Bukti juga menunjukkan, infeksi HPV secara oral juga meningkatkan faktor risiko kanker esophagus (kerongkongan), lanjut Brawley.

Berdasarkan hal tersebut, menurut Lippman, kini sasaran dokter untuk menyebarkan informasi tentang kanker oropharyngeal bukanlah orangtua dan perokok, melainkan orang muda, karyawan, juga para remaja yang belum memahami seks yang sehat. Para ahli juga sepakat bahwa oral seks bukanlah seks yang aman.
Sumber : WebMD
READ MORE - Seks Oral Penyebab Penyakit

Seks Oral Sebabkan Kanker

Berhati-hatilah dengan seks oral. Para ilmuwan di Amerika Serikat mengatakan ada kaitan kuat antara kegiatan seks oral dan kanker. Mereka kini mencoba mengungkap mengapa human papillomavirus menyebabkan peningkatan kasus kanker mulut pada pria kulit putih di negara itu.

Bukti-bukti seputar hubungan kanker mulut dan seks oral sebenarnya sudah lama diungkapkan para peneliti. Para ahli bahkan menemukan kanker mulut akibat infeksi human papillomavirus (HPV) kini lebih banyak terjadi dibandingkan dengan akibat penggunaan tembakau. Di AS, antara tahun 1974-2007 telah terjadi peningkatan kasus kanker mulut sampai 225 persen, mayoritas pada pria kulit putih.

"Jika dibandingkan dengan orang yang mendapat infeksi oral atau tidak, faktor risiko terbesar adalah jumlah pasangan kegiatan seks oral. Semakin banyak jumlah pasangan, semakin tinggi risikonya terkena kanker," kata Maura Gllison dari Ohio State University.

Studi sebelumnya menyebutkan, seseorang yang pernah melakukan seks oral dengan enam atau lebih pasangan dalam hidupnya memiliki risiko kanker 18 kali lebih tinggi dari mereka yang jumlah pasangannya kurang dari enam orang.

Salah satu hal yang masih menjadi misteri adalah mengapa peningkatan kasus kanker mulut lebih banyak ditemui pada pria kulit putih. Dibutuhkan waktu panjang untuk menjawabnya. Namun, para ahli yakin teknologi untuk mendeteksi HPV yang sudah dipakai di bidang kanker serviks akan membantu.

Saat ini diketahui terdapat 150 tipe HPV yang berbeda dan 40 tipe di antaranya bisa menyebabkan penyakit menular seksual. Beberapa di antaranya menyebabkan kutil kelamin dan sisanya bisa meningkatkan risiko kanker mulut, anal, vagina, dan penis.
Sumber : AFP
READ MORE - Seks Oral Sebabkan Kanker

Bahaya Menggunakan Laptop Terlalu LAMA

Anak-anak dan remaja menenteng laptop kini menjadi pemandangan biasa. Namun, orangtua disarankan untuk membatasi penggunaan laptop pada orang muda karena bisa berdampak pada pertumbuhan otot dan postur mereka.

Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan tim dari Universitas Boston, terungkap sekitar 50 persen mahasiswa pengguna laptop kerap mengeluhkan rasa nyeri setelah menggunakan komputer selama satu jam. Penelitian dilakukan terhadap 18 juta mahasiswa pada tahun 2008.

"Gangguan pada sistem muskuloskeletal yang terjadi pada masa anak-anak sampai dewasa muda perlu menjadi perhatian karena sistem muskuloskeletal dan postur mereka masih berkembang," kata Karen Jacobs, ketua tim peneliti dan terapis dari Universitas Boston.

Ia menjelaskan, keluhan rasa nyeri akibat penggunaan laptop kini sering dialami anak-anak di banyak negara. Selain orangtua memonitor durasi penggunaan laptop, Jacobs juga menyarankan agar anak-anak diajarkan untuk melakukan peregangan dan latihan otot untuk mencegah gangguan postur pada masa mendatang.

Laporan yang dilansir oleh The Bureau of Labor Statistics tahun 2009 menemukan kelainan muskuloskeletal (otot, tulang, ligamen, dan tendon) mencapai 29 persen dari semua kecelakaan di tempat kerja dan menyebabkan para pekerja harus mengambil cuti sakit.

Menurut Jacobs, salah satu penyebab gangguan otot atau persendian pada anak pengguna laptop adalah meja kerja yang dipakai tidak sesuai. Untuk mengurangi rasa pegal, ia menyarankan agar pengguna laptop memakai mouse ketimbang trackpad di laptop.

"Memakai trackpad membuat kita berada dalam posisi yang kikuk karena posisi tangan melewati tubuh, bukannya rileks di samping," ucap Jacobs, yang pernah menjadi presiden American Occupational Therapy Association.

Saat menggunakan trackpad, umumnya satu jari, tendon jari-jari tangan secara konstan akan melebar dan menyebabkan ketegangan otot serta tulang sendi. Dalam waktu cukup lama, rasa tidak nyaman ini akan meluas ke bagian pundak, pergelangan tangan, dan lengan.

Selain itu, kebanyakan orang juga mengistirahatkan pergelangan tangan mereka saat memakai touchpad. Kondisi ini disebut tekanan kontak (contact stress) dan akan membebani otot pergelangan tangan, saraf, serta pembuluh darah.

"Laptop sebenarnya didesain untuk dipakai di meja kerja. Karena itu, sebaiknya kita menambahkan aksesori seperti mouse dan keyboard untuk mencegah keluhan nyeri persendian," kata Jacobs.

Dari penelitian yang dia lakukan, diketahui bahwa anak-anak yang paling menderita nyeri karena penggunaan laptop umumnya anak yang tidak aktif bergerak. "Ada tren orang yang fisiknya aktif lebih jarang menderita gangguan muskuloskeletal. Ini terjadi baik pada anak maupun orang dewasa," kata Robin Billespie, ahli ergonomi.

Seperti halnya atlet yang wajib melakukan pemanasan sebelum turun ke lapangan, Jacobs juga menyarankan pengguna laptop melakukan peregangan di sela memakai laptop. "Berjalan berkeliling setelah memakai laptop selama dua jam adalah awal yang baik," katanya. Ia juga menyarankan untuk melakukan latihan peregangan tangan, leher, punggung, dan kepala setiap hari.
Sumber : LiveScience
READ MORE - Bahaya Menggunakan Laptop Terlalu LAMA